Operasi Gaib Tanpa Bius, Tanpa Jahitan |
|
---|---|
Dalam dunia kedokteran, bila seseorang dioperasi, maka pasien harus dibius. Kemudian setelah dioperasi, bekas operasi harus dijahit. Tapi operasi model Guru, panggilan akrab Andi Aco Puang Bulan, tidak perlu dibius. Pasien dibedah tanpa jahitan. Hasilnya, tak ada bekas jahitan sedikit pun, padahal tadinya dibedah pakai pisau dapur. Biaya operasi, apapun jenis penyakit pasien, tak akan pernah lebih dari Rp.500.000,- Luar biasa ! Praktek pengobatan alternatif ini, berlangsung setiap Rabu, di Jl.Swadaya II No.14 Makassar.... | |
Jumat, 19 November 2010
DAFTAR ALAMAT | |
---|---|
Pengobatan Alternatif | |
Konsultasi Gaib | |
Orang Pintar | |
Rumah Sakit | |
Telpon Penting |
Sabtu, 13 November 2010
DAFTAR ALAMAT | |
---|---|
Pengobatan Alternatif | |
Konsultasi Gaib | |
Orang Pintar | |
Rumah Sakit | |
Telpon Penting |
Penghuni Jembatan Tello
Sebuah mobil Avanza warna silver, melaju kencang dari arah Maros. Di dalam mobil ada lima orang pemuda warga keturunan India , sepertinya berada dibawah pengaruh minuman keras. Mereka mengemudi sembari tertawa terbahak-bahak. Malam itu kira-kira pukul 02.00 dini hari, memang kendaraan lagi sepi, hanya beberapa bus angkutan daerah yang melaju kedalam kota mengantar penumpang.
Avanza itu masih melaju kencang, hingga tiba di jembatan Tello.
Pengemudi ternyata semakin bernafsu tancap gas. Sewaktu kendaraaan hendak memasuki jembatan, tiba-tiba melintas seekor kerbau putih yang sangat besar. Karena besarnya hingga menutupi sebagian sisi jembatan. Sontak saja pengemudi mobil itu kaget, hingga dia membanting setir mobilnya ke sisi kiri. Dia berusaha menghindari kerbau itu. Tapi apa lacur, pengemudi itu hilang kesadaran, dari kepalanya mengucur darah segar akibat hantaman setir mobil.
Anehnya, mobilnya justeru berada di atas lintasan pipa PDAM yang berada di sisi kiri atas jembatan Tello. Entah apa yang membuat mobil itu sampai berada diatas sana ? Siapa yang mengangkatnya ? Mengapa terjadi demikian ? Pertanyaan seperti itu yang ada dalam pemikiran orang-orang yang menyaksikan peristiwa itu. Lucunya lagi ada yang menganggap itu adalah rekayasa dari sebuah iklan bank pemerintah, yang memang lagi getol-getolnya ditayangkan di tv. Itu terjadi tahun 1992 lalu, yang cukup menggemparkan Makassar, saat foto Avansa itu bertengger di atas pipa PDAM yang jauh lebih tinggi dari pagar jembatan, dan besoknya masuk koran.
Di sisi lain orang-orang yang berada di sekitar jembatan menganggap bahwa kejadian itu adalah perbuatan mahluk gaib yang menguasai jembatan Sungai Tello. Benarkah demikian ? Siapakah mereka ? Dimana mereka tinggal ? Hasil penelusuran MITOS mengungkapkan ; Sungai Tello berada di kelurahan Tello kec. Panakkukang, Makassar . Sungai ini bermuara di selat Makassar , yang anak-anak sungainya berhubungan dengan sungai Pampang dan sungai Je’neberang. Anak sungainya meliputi sungai Borong hingga ke Tamalanrea. Penamaan sungai Tello sudah ada sejak zaman kerajaan Tallo yang makna katanya masih kabur hingga saat ini. Di sisi sungai berdiri dengan kokoh gedung PLTU Tello, dan tak jauh dari situ pula sekarang telah berdiri sebuah pusat perbelanjaan yang tak pernah sepi dari pengunjung, yang setiap hari lalu-lalang di atas jembatan Tello. Padahal dibawah jembatan ada dua pasang mata yang mengawasi gerak-gerik mereka di atas sana .
Dua pasang mata itu terus saja mengawasi kendaraaan yang lalu-lalang dari dalam istananya yang berada di dasar sungai Tello, tak jauh dari jembatan. Istana itu serba kuning, dan mereka juga beraktifitas layaknya manusia. Mereka juga berkeluarga, dan antar mereka saling bersosialisasi layaknya manusia pada umumnya. Demikian hasil terawang yang dilakukan Tim Gaib MITOS.
“Biasa muncul dua nenek (buaya) putih disini” ujar Jamaluddin Dg. Minggu (40 ) seraya menunjuk ke arah bawah jembatan. Dg. Minggu, demikian panggilan akrabnya, telah mendiami sisi jembatan sejak 10 tahun lalu. Kata nenek, sering dianalogikan untuk kata buaya, apabila kita berada di pinggir sungai.”Pamali bedeng, kata orangtua untuk menyebut nama buaya” jelas Dg.Minggu
“Kemunculan kedua buaya putih disini, biasanya sekedar memberikan peringatan kepada kita, bahwa akan terjadi suatu peristiwa besar yang berupa musibah seperti yang terjadi beberapa tahun lalu, yaitu banjir yang menenggelamkan hampir sebagian pesisir sungai Tello, diantaranya Tamalanrea”. ujar Dg. Minggu.
“Kami yang tinggal disini sudah biasa dengan keberadaan mereka karena mereka tak pernah mengganggu kita”. tambahnya lagi.
“Banyak orang yang biasa saya antar untuk membawa sesaji kepada mereka. Sesajinya berupa songkolo (nasi ketan), telur, juga pisang”. jelas Dg. Minggu.
“Penghuni sungai ini besar sekali, tubuhnya sebesar perahu ini, belum lagi ekornya”. Jelas Dg. Minggu seraya menunjuk perahu yang ada ditepi sungai, ketika ditanyakan perihal ukuran tubuh buaya putih tersebut.
“Sebaiknya apabila kita melintasi jembatan ini apalagi menjelang tengah malam, seharusnya memberi salam atau sekadar permisi kepada mereka yang merupakan penghuni yang paling dulu menempati tempat itu dibanding kita manusia, sekedar permisi” pinta Dg.Minggu.
“Kalau munculki penghuninya, biasanya berdua ki, dan mereka hanya mengapung di sekitar jembatan”. jelas Dg. Minggu lagi.
“Selain kemunculan berbentuk buaya, kemunculan penghuni jembatan Tello juga kadang berwujud kerbau putih, juga tak jarang berbentuk seperti manusia juga”. Kata wagra sekitar kepada Wartawan MITOS.
Melihat fenomena ini, selayaknya manusia bisa menyadari bahwa di bagian dimensi lain dari alam kehidupan kita, ada juga kehidupan lain yang merupakan mahluk ciptaan Tuhan, yang semestinya dihargai keberadaannya. Mereka menghuni setiap bagian dari bumi ini, mulai dari hutan, gunung, laut, sungai, samudra, bahkan hingga di daerah kutub sekalipun. Mereka ada, dan sebenarnya ingin mengenal manusia. Hanya kemudian akan sangat tergantung pada manusia, apa mau kenal mereka atau tidak (awing)
Majalah MITOS
Mengungkap Fenomena Kehidupan
Redaksi: Bumi Antang Permai
Jl. Lasuloro Dalam VI/37
Telp (0411) 5457858-491980
Makassar-Indonesia
e-mail: majalahmitos@gmail.com
Jl. Lasuloro Dalam VI/37
Telp (0411) 5457858-491980
Makassar-Indonesia
e-mail: majalahmitos@gmail.com
DAFTAR ALAMAT | |
---|---|
Pengobatan Alternatif | |
Konsultasi Gaib | |
Orang Pintar | |
Rumah Sakit | |
Telpon Penting |
Operasi Gaib Tanpa Bius, Tanpa Jahitan
Guru–Andi Aco Puang Bulan, mengoperasi pasien usus buntu (foto : zardi)
Dalam dunia kedokteran, bila seseorang dioperasi, maka pasien harus dibius. Kemudian setelah dioperasi, bekas operasi harus dijahit. Tapi operasi model Guru, panggilan akrab Andi Aco Puang Bulan, tidak perlu dibius. Pasien dibedah tanpa jahitan. Hasilnya, tak ada bekas jahitan sedikit pun, padahal tadinya dibedah pakai pisau dapur. Biaya operasi, apapun jenis penyakit pasien, tak akan pernah lebih dari Rp.500.000,- Luar biasa ! Praktek pengobatan alternatif ini, berlangsung setiap Rabu, di Jl.Swadaya II No.14 Makassar . Pasiennya membludak, bukan cuma dari masyarakat kelas bawah, tapi juga banyak pasien datang dengan mobil pribadi. Mereka, selain warga Makassar , juga banyak berasal dari berbagai daerah kabupaten.
Hamriana (43) pasien wanita yang ditemui Wartawan MITOS akhir Juli 2010 lalu, saat menunggu antrian pengobatan, mengidap penyakit tumor dalam rahimnya. Sebelum dia divonis menjalani operasi gaib, lebih dulu diperiksa oleh Guru, tentang penyakit apa yang dideritanya. Setelah yakin akan penyakit pasien melalui proses pemeriksaan gaib, dia diberi catatan kecil soal penyakitnya dan besaran biayanya, untuk menjalani proses operasi gaib. “Catatan kecil didaftar kembali untuk menunggu jadwal operasi”, kata Hamriana. Dia sudah enam kali menjalani kemotherapy di sejumlah rumah sakit, tapi tidak membawa hasil. Sebelum dioperasi, dia wajib melunasi biayanya sebesar Rp.390.000 plus harga materai Rp.6.000 untuk surat pernyataan siap dioperasi. Selain itu, Hamriana, seperti juga pasien lainnya, baik sebelum operasi maupun sesudah untuk jangka waktu tertentu, tidak boleh mengkonsumsi Gula merah, Kecap dan Terasi.
“Karena jika pasien memakan ketiga jenis pantangan tersebut sebelum dinyatakan sembuh, akibatnya bisa terbuka kembali luka bekas operasi tadi’’ jelas Guru kepada Wartawan MITOS.
Ketika siap menjalani operasi, kisah Hamriana kedua mata ditutup memakai Al-Qur’an.Tubuhnya ditutup juga dengan kain berwarna merah. Dan dengan sekejap perutnya terasa diiris pisau.Tapi heran karena dia tidak merasakan sakit sedikitpun. Padahal dia dalam keadaan sadar.
Dia merasakan bagaiman tangan Guru meraba tumor didalam rahimnya, dan sekejap tumor itupun berhasil diangkat. Selanjutnya tangan Guru dia rasa merekatkan kembali kulit perut yang tadinya terbelah. Dan akhirnya, bekas operasi Hamriana pun dibalut perban. Hamriana tak percaya atas apa yang baru dia alami, yang berlangsung tak lebih dari lima menit. Ceceran darah juga tak ditemukan sedikitpun.
Kepada Hamriana Guru berpesan, supaya perban yang menutupi luka operasi nanti dilepas jam 23.00 malam nanti” Sebab saat itu baru sempurna daging dan kulit yang habis dioperasi, untuk kembali menyatu seperti semula”.
Hamriana diberi obat dua a dua jenis dalam botol air mineral ukuran 1,5 liter dan 0,5 liter secara terpisah. Botol yang satu berupa air untuk diminum dan botol yang satunya lagi berbentuk minyak untuk dioleskan, untuk membantu proses penyembuhan.
Dedi (33) pemuda asal Soppeng, lumpuh dua tahun akibat patah tulang belakang. Pihak RS Soppeng menyatakan Dedi harus segera dioperasi. Diapun dirujuk ke RS Dr.Wahidin Sudirohusodo. Tapi batal karena Dedi tak mampu membayar Rp.15 juta, belum lagi biaya obat dan yang lainnya. Dan akhirnya dia dioperasi tulang oleh Guru, dengan biaya Rp.421.000. Kini Dedi sudah sembuh. Bekas operasi di bagian belakangnya tak ada bekas jahitan.
Jusniati (20) wanita dari Bulukumba, sudah 5 tahun mata kanannya terkena katarak dan buta, setelah menjalani operasi hanya dalam hitungan menit, diapun dinyatakan dapat melihat kembali.
Waktu dioperasi, Wartawan MITOS diperbolehkan menyaksikannya. Awalnya Jusniati berbaring, Qur’an diletakkan diatas perutnya dan wajahnya ditutupi dengan kain merah. Guru mengambil tongkat kayu bulat, panjang sekitar 27 cm, berdiameter sekitar 5 cm, berwarna coklat. Ujungnya ditempelkan pada mata kanan yang terkena katarak. Tidak lama proses operasi gaib pun berlangsung. Biji mata kanan Jusniati dicungkil keluar dengan pisau, hingga terlepas dari kelopaknya. Biji mata itu ditaruh di mangkok berisi air. Guru mencucinya dengan tangan telanjang. Lapisan katarak dibersihkan. Sementara Jusniati tenang-tenang saja. Sesekali mata kirinya melirik orang-orang di dekatnya, tanpa rasa sakit sedikitpun. Tak lama, biji mata itupun dipasang kembali. Beres. Operasi berjalan sekitar 15 menit.
Selain Hamriana, Dedi, dan Jusniati, telah ratusan pasien yang dioperasi Guru, dan ribuan pasien yang disembuhkan tanpa operasi. Dia berpraktek sudah 20 tahun, dengan cara berpindah pindah. Setiap selesai praktek di Makassar , dia langsung pulang ke Polman. Dulu juga pernah praktek di BTP selama setahun (zardi)
Tubuh Andi Aco Dimakan Ikan
Andi Aco Puang Bulan (40), akrab dipanggil Guru, berasal Palanro dan Balangnipa, kab.Sinjai. Sewaktu muda dulu, lelaki sederhana ini merantau ke Malaysia sebagai TKI illegal, melalui jalur Nunukang.
Di Malaysia dia bekerja di hutan, sebagai buruh kebun kelapa sawit, agar tidak mudah tertangkap Polisi Di Raja Malaysia . Setelah beberapa lama bekerja, tiba–tiba dia kena penyakit yang tidak lazim dan mengerikan. Bahkan orang yang melihatnya akan merasa jijik, bau busuk. Dia kena penyakit Puru di sekujur tubuhnya. Tak ada siapapun yang sudi memeberi tumpangan di rumah warga. Ada empat wanita dalam satu rumah, juga tak mau menolongnya. Akhirnya dia pasrah dan memilih berbaring di tepi sungai tak jauh dari rumah keempat perempuan tadi, seraya berkata kepada mereka ; “Biar mi saya tidur disini saja, sudah enak mi kurasa. Ikan-ikan juga datang memakan luka-luka di badanku” Andi Aco membiarkan sebagian dari badannya dilalap ikan.
Dalam keadaan tidak berdaya, tiba-tiba ada tiga orang yang entah dari mana, berdiri di depannya. Satu diantaranya berjenggot. Mereka kemudian memberi sehelai kain berwarna merah, juga sebuah kayu berbentuk bulat panjang. Kayu itu mirip alu, atau alat penumbuk padi. Cuma ukurannya hanya sebesar ibu jari orang dewasa, berwarna coklat.
Ketiga orang itu minta agar kedua benda tersebut dipergunakan menolong orang yang menderita penyakit dalam dengan cara operasi.
Kepada Wartawan MITOS, Guru mengungkapkan, ketiga orang itu adalah orang gaib. Bangsa jin. Awalnya dia tidak mudah percaya begitu saja. “Apa yang bisa saya perbuat dalam menolong orang sakit, apalagi mengoperasi orang. Sedang saya sendiri dalam keadaan sakit” pikir Andi Aco saat itu. Namun suatu hari, ada ayam sakit. Dioperasilah ayam itu. Ternyata sembuh.
Sutau hari, kisah Guru, isteri Andi Aco mau melahirkan. Tapi tak mungkin isterinya dibawa ke rumah sakit di kota . Takut tertangkap. Maka dia putuskan menangani isterinya sendiri melahirkan di dalam hutan. Dan Alhamdulillah, anaknya selamat dan sekarang sudah besar. Guru menunjuk seorang pemuda berusia 18 tahun yang ikut juga sang ayah dalam praktek pengobatan. Putranya itu lahir di hutan Malaysia tahun 1987.
Cara Pengobatan
Dalam menjalankan praktek pengobatan pada pasien, Guru memiliki metode tersendiri. Kedua benda yang Guru dapat dari ketiga orang gaib tersebut, sangat berperan penting dalam menjalankan praktek pengobatan. Keduanya punya peran sangat istimewa.
Tongkat kayu yang dulunya hanya sebesar ibu jari, sekarang sudah berubah menjadi panjang dan membesar, akibat mengisap penyakit para pasien. Fungsinya, mendeteksi penyakit pada saat ujungnya ditempelkan pada tubuh pasien, “Apabila ujung tongkat ditempelkan ke tubuh pasien lalu memberi tanda bergetar kecil, berarti penyakit pasien kecil, atau tidak parah. Bila bergetar keras maka dipastikan penyakitnya juga parah. Bila saat ditempelkan ke tubuh pasien tongkat kayu itu melompat-lompat, artinya penyakit pasien sudah tidak dapat tertolong” urai Guru. Sedang kain berwarna merah, fungsinya bereperan penting saat operasi berlangsung. Misalnya pada operasi katarak, biji mata dikeluarkan dari kelopaknya, otomatis putuslah ratusan urat syaraf. Kemudian dipasang kembali pada tempatnya semula lalu ditutup dengan kain merah. Saat itulah gaib yang bekerja menyambung kembali urat-urat syaraf yang terputus tadi. Dan Setelah terhubung semua urat syaraf, tongkat kayu yang diletakkan diatas bola mata akan melompat memberi tanda, bahwa urat-urat syaraf sudah tersambung kembali. Begitu juga pada operasi penyakit lainnya.
Soal Al–Qur’an, dipoergunakan sebagai alat anesthesia atau pembius. Untuk menghilangkan rasa sakit pada waktu menjalani proses bedah. Satu ditaruh di perut dan yang satunya lagi ditaruh di wajah pasien. Ini berlaku juga pada pasien non Islam. Buktinya, dengan bius pakai Al-Qur’an, pasien tak ada yang merasakan sakit saat operasi.
Sebenarnya, saat operasi dilakukan, yang mengerjakan secara langsung bukanlah Guru. Tubuh Guru hanya menjadi media bagi mahluk gaib itu untuk dapat melakukan operasi ataupun pengobatan secara langsung. “Bukan saya yang mengerjakan semua itu, tapi ada barang gaib yang mengerjakannya” kata Guru .
Apabila Guru sedang mengobati atau mengoperasi pasien, wajahnya terlihat lebih berwibawa, tenang, dan dari wajahnya terpancar aura gaib. Dalam tubuh Guru, di antara kulit dan dagingnya, tertanam banyak mustika, dan biasanya akan muncul pada setiap malam Jumat .
Mustika tersebut akan keluar dari tubuh Guru bila seorang penyakit pasien tidak kunjung sembuh walaupun telah beberapa diobati. Namun bila pasien yakin akan sembuh maka saat itulah mustika keluar. Maka, pesan Guru, sebaiknya jika datang berobat kepadanya, harus yakin. Kalau tidak yakin akan percuma, karena pasti penyakitnya akan kambuh lagi.
Air Berwarna
Obat yang diberikan pada pasien berbeda – beda. Tergantung jenis penyakit dan tingkat keparahannya. Ada empat jenis warna dari obat yang biasa diberikan ke pasien, ada hitam berwarna hitam, putih, merah dan kuning. Air itu dibuat tanpa campur tangan Guru. Semuanya dibuat dan diramu sendiri oleh gaib. “Bahannya pun saya tidak tahu sama sekali, Hanya jerigen yang disediakan untuk tempatnya, lalu terisi sendiri” kata Guru.
Dalam setiap tahun ada ritual pemotongan hewan yang ditujukan untuk orang gaib, berupa seekor kambing, juga terkadang Guru menyembelih sebanyak 200 ekor ayam, bila gaib memintanya.
Biaya
Biaya pengobatan dan operasi sangat terjangkau. Untuk biaya pengobatan atau perawatan lanjutan sebesar Rp.25.000 tiap kali kunjungan. Biaya operasi tergantung dari kedalaman penyakit pada tubuh pasien. Jika dalamnya sekitar 2- 4 cm, biayanya Rp. 290. 000 ,. , Bila dalamnya 5-10 cm sebesar Rp.320.000. Patah tulang atau sambung tulang Rp.480.000,
Uang tersebut biasanya disedekahkan kepada fakir miskin. Yang diambil Guru hanya sebatas keperluan sehari-hari dan biaya operasional. “Setiap Rabu bisa terkumpul Rp.10 jutaan, dan sebagian disedekahkan. Pasien yang telah sembuh akan dimandi, Sarung mandi mereka dikumpul dan dibagikan pada orang tak mampu di kampung.
12 Isteri
Guru bercerita pada Wartawan MITOS soal dirinya yang punya 12 isteri. Kata Guru, itu terjadi secara tidak sengaja. Awalnya, saat melakukan operasi gaib, saat itu pula para keluarga pasien diperbolehkan masuk menemani keluarganya yang dioperasi. Terkadang di antaranya banyak juga wanita yang kebetulan masih gadis. Nah, di dalam ruangan operasi yang nampak secara kasat mata adalah sosok Guru. Tapi yang sebenarnya bukan Guru yang sesungguhnya. Jadi untuk wanita yang belum menikah janganlah memandang Guru terlalu dalam, sebab ada daya tarik yang kuat dalam darinya dan tak disengaja. Itu adalah aura jin yang melakukan operasi.
“Suatu hari ada wanita datang minta segera dinikahi, padahal saya tidak melakukan suatu apapun padanya. Saya minta dia kembali ke rumahnya” ungkap Guru kepada Wartawan MITOS. Guru menolak menikahinya.
Selain membuka praktek pengobatan di kota Makassar , Andi Aco Puang Bulan juga melayani pengobatan di rumah pribadinya di Polman, Sulawesi Barat, tepatnya di dusun Laliko, kec.Campalagian, pada setiap malam Jumat. Sebelumnya, pernah buka praktek di Pare-pare. Tapi pihak rumah sakit disana protes, sebab kurang pasien ke rumah sakit setiap Guru praktek. “Tapi kadang saya di panggil oleh pihak rumah sakit untuk membantu kalo ada kasus operasi yang sulit” kata Guru . Selama praktek di kota Makassar, yang datang bukan hanya kalangan masyarakat umum. Banyak pejabat dan tokoh masyarakat yang datang berobat, seperti Prof. Anwar Arifin , H. Taming, paman Jusuf Kalla, Muchtar Wahid, dan beberapa yang lain.
Pengobatan alternatif yang dilakukan oleh Andi Aco Puang Bulan sudah berjalan selama kurang lebih 20 tahun. Guru memiliki Surat Izin Praktek Pengobatan Alternatif dari Depkes RI, Jakarta (zardi)
Majalah MITOS
Mengungkap Fenomena Kehidupan
Redaksi: Bumi Antang Permai
Jl. Lasuloro Dalam VI/37
Telp (0411) 5457858-491980
Makassar-Indonesia
e-mail: majalahmitos@gmail.com
Jl. Lasuloro Dalam VI/37
Telp (0411) 5457858-491980
Makassar-Indonesia
e-mail: majalahmitos@gmail.com
Kamis, 11 November 2010
DAFTAR ALAMAT | |
---|---|
Pengobatan Alternatif | |
Konsultasi Gaib | |
Orang Pintar | |
Rumah Sakit | |
Telpon Penting |
Black Metal, Bukan Pemuja Setan
Di belakang panggung konser musik cadas, terlihat enam orang memakai baju gamis bertudung hitam, mengiringi seorang wanita cantik yang juga berpakaian sama. Mereka berjalan sembari menenteng sebuah obor menuju sebuah altar pemujaan. Diatas bubungan altar terpajang sebuah kepala kambing ( baphomet ). Pada permukaan altar tergambar dengan jelas sebuah lukisan bintang persegi enam yang dikenal dengan nama Pentagram. Diatas altar tadi wanita itu dibaringkan, nampaknya Dia begitu tenang. Pada permukaan altar yang berbentuk bintang pentagram itu, pada setiap garisnya membentuk selokan kecil yang mengarah kepada suatu lubang, yang corongnya mengarah kesuatu cawan yang terbuat dari perunggu yang berukir yang berada dibawah altar pemujaan.
Acas, dari Black Metal Makassar
Terdengar suara mantra pemujaan dari mulut pimpinan ritual yang kemudian menarik sebuah belati yang terselip dari sabuk gamisnya. Tak ada teriakan kesakitan yang keluar dari mulut wanita tadi ketika belati tajam tadi menembus jantungnya. Terlihat darah mengalir dari tubuhnya dan terus mengairi selokan itu menuju kecawan perunggu tadi. Sekonyong-konyong muncul asap putih yang menyerupai manusia. Bentuknya aneh, kepalanya seperti ditutupi kulit dan kasar dan ditumbuhi dua tanduk.Telinganya panjang meruncing seperti telinga kelelawar, matanya merah menyala dan dari mulutnya tersembul dua taring yang tajam. Keenam orang tadi nampak bersujud menyembah mahluk tersebut, dan sepertinya mereka melakukan dialog yang tak dimengerti orang lain.
Terdengar suara mantra pemujaan dari mulut pimpinan ritual yang kemudian menarik sebuah belati yang terselip dari sabuk gamisnya. Tak ada teriakan kesakitan yang keluar dari mulut wanita tadi ketika belati tajam tadi menembus jantungnya. Terlihat darah mengalir dari tubuhnya dan terus mengairi selokan itu menuju kecawan perunggu tadi. Sekonyong-konyong muncul asap putih yang menyerupai manusia. Bentuknya aneh, kepalanya seperti ditutupi kulit dan kasar dan ditumbuhi dua tanduk.Telinganya panjang meruncing seperti telinga kelelawar, matanya merah menyala dan dari mulutnya tersembul dua taring yang tajam. Keenam orang tadi nampak bersujud menyembah mahluk tersebut, dan sepertinya mereka melakukan dialog yang tak dimengerti orang lain.
Setelah mahluk itu pergi, keenam orang itu bangkit meraih cawan yang berisi darah kemudian meminumnya hingga darah yang berada dicawan itu habis tak bersisa. Mereka kemudian membuka gamisnya, lalu kemudian mereka meraih alat musik mereka masing-masing. Seterusnya mereka berlari kelorong menuju panggung pentas. Nampak penonton sudah menanti mereka yang juga sudah terlihat larut dengan suasana mistis malam itu. Diatas panggung tertera sebuah tulisan “BLACK METAL CONSERT’.
Hingar bingar alunan musik terdengar memekakan telinga, dentuman suara drum membuat dada ikut berpacu ditambah lagi lengkingan suara dawai gitar yang seakan menusuk telinga. Pekikan suara sang penyanyi seperti suara umpatan dan teriakan semata, itulah musik yang dinamai Black Metal yang hanya dapat dinikmati keindahannya oleh komunitasnya sendiri sangat jauh kesan indahnya bagi orang awam yang mendengarnya. Mereka oleh sebagian orang dianggap kaum pemuja setan dan setiap pementasannya selalu melakukan ritual tumbal nyawa hewan bahkan nyawa manusia. Benarkah mereka kaum pemuja setan ? Apakah ada di Indonesia ? Apakah mereka juga ada di Makasssar ? Berikut penelusuran MITOS :
Penikmat musik di dunia, khususnya di Eropa Timur, menganggap musik bukan hanya suatu susunan symponi yang indah atau susunan lirik yang puitis, tetapi merupakan juga suatu aliran kepercayaan baru yang terlepas dari patron-patron agama. Mereka menjadikan musik menjadi agama baru, agama bagi mereka hanya merupakan belenggu yang mengikat mereka. Ini ditandai dengan aliran yang mereka sebut BLACK METAL. Mereka disebut aliran pemuja setan dengan tagline Tuhan Sudah Mati. Mereka memuja Iblis yang lebih dikenal dengan nama Lucifer. Selain itu mereka mengusung simbol-simbol 666 yang bermakna tanggal dan bulan kelahiran Dajjal. Disetiap pementasannya tak lupa disematkan simbol Baphomet atau disebut juga kepala kambing Mendez ( Mendez Goat ).
Black metal secara harfiah berarti "logam hitam", mereka menamai seperti itu bermakna mereka mengusung musik dari dunia hitam yang beraliran satanic, setiap liriknya mengandung ajakan untuk melakukan pemberontakan terhadap tuhan.Mereka menjadikan musik sebagai sarana menghimpun pengikut ajarannya. Black Metal awalnya dipopulerkan sekitar tahun 1980 oleh MAYHEM, band asal kota Transilvania, Romania. Kemudian masuk ke Indonesia tahun 1990 ditandai dengan terbentuknya band SAKRY RELIGIUS dan HELL GODS dikota Bandung. Sedangkan di Makassar sendiri mulai eksis sekitar tahun 1996 yang dipopulerkan oleh MORTUARY dan FUNERAL LIKE. Vokalis band MAYHEM sendiri melakukan ritual bunuh diri diatas panggung sebagai syarat kebaktian Dia kepada Lucifer. Demikian dijelaskan oleh Accas ketika ditemui oleh wartawan MITOS dikediamannya dibilangan Jl. Tamalate Perumnas Panakkukang.
Menurut Accas, peminat musik di Indonesia, khususnya di Makassar, menganggap Black Metal hanya sebuah penyaluran idealisme musik semata, yang terlepas dari industri musik rekaman yang mementingkan pasar. Jadi tidak menganggap ini sebagai aliran kepercayaan baru yang memuja setan.
“Kami bukan pemuja setan, Bos !” Tegas Accas lagi.
“Memang Kami sempat terpengaruh, untuk mendalami ajaran satanic tersebut” tukas Accas lagi, seraya mengisap dalam-dalam rokok yang terselip ditangannya. Diakuinya, pengaruh ajaran itu lambat laun terkikis oleh kesadaran keagamaan di antara komunitas Black Metal itu sendiri.
Kelompok MORTUARY yang merupakan kelompok Black Metal pertama di kota Makassar yang digawangi oleh Accas pada vocal, Acep pada vocal, Doni pada Bas, Ical pada Gitar, Aco pada Gitar dan Egol pada Drum, sekarang ini telah vacum pada kegiatan bermusik dan mereka beralih pada bisnis Distro yang memang lagi menjamur di Makassar. Demikian pula Funeral Like yang dipimpin pentolan musik Black Metal di Makassar yaitu Kemal, sekarang telah hilang pula, tinggal kelompok Funeral Angel yang masih eksis di setiap pementasan musik.
“Selain Black Metal, ada juga musik Punk, Grindcore, Hardcore, Death Metal, dan Ghotic, seperti kelompok kuburan yang merupakan satu wadah bermusik dalam label UNDERGROUND atau Bawah Tanah” Jelas Accas, ketika ditanyakan mengenai aliran musik cadas.
“Kalo mauki lihat schene terbesarnya underground jalan-jalan maki ke jalan Baji Ateka, disitu membuktikan bahwa anak-anak Black Metal tidak malas. Mereka orang yang kreatif bos !” Jelas Accas, sembari pamitan kepada Wartawan MITOS untuk berangkat kerja di Distro di bilangan Jl.Sultan Alauddin. yang juga menutup pembicaraan mengenai kisah Black Metal, yang dipahami orang sebagai kelompok pemuja setan (awing)
Langganan:
Postingan (Atom)